Mengasihi
alam adalah mengasihi diri sendiri, mengapa demikian? Sebab pada
hakekatnya langit, bumi, manusia, dan laksa benda di alam semesta adalah
satu kesatuan yang bulat, yang tak boleh kurang satu pun dari
keempatnya. Jika hanya ada unsur langit, bumi, dan laksa makhluk, namun
tidak ada unsur manusia, keberadaan alam menjadi tidak bermakna.
Sebaliknya,
tanpa langit dan bumi, manusia dan laksa benda tidak akan dapat eksis.
Demikian pula bila hanya ada langit, bumi, dan manusia, namun tidak ada
laksa benda lainnya, manusia tak mungkin dapat bertahan hidup dan alam
raya pun menjadi ruang hampa yang penuh kesunyian. Langit, bumi,
manusia, dan laksa benda adalah empat komponen pembentuk alam semesta
yang saling bergantung dan berkaitan erat.
Sebagai
bagian dari alam, manusia tidak boleh hidup eksklusif dari alam. Namun
materialisme, utilitarianisme dan tehnologi telah membuat manusia
berseru lantang mau menaklukkan alam semesta! Begitu manusia menyatakan
diri beroposisi dengan alam, maka selangkah demi selangkah, pelan namun
pasti, manusia telah membawa masa depannya ke dalam jurang kehancuran!
Pada
hakekatnya Langit bagaikan otak, bumi bagaikan tulang, otot dan
pembuluh darah, sedangkan manusia adalah badan jasmani, sementara laksa
benda adalah mata, hidung, telinga, mulut, alis, rambut, tangan, dan
kaki. Perpaduan semua bagian dan organ inilah yang membentuk tubuh
seorang manusia yang utuh.
Demikian
pula adalah perpaduan keempat komponen: langit, bumi, manusia dan laksa
benda yang membentuk alam menjadi semesta raya yang sempurna. Sebagai
bagian dari alam, manusia harus hidup sejalan dan seirama dengan alam,
dan inilah kebenaran hidup. Prilaku yang dibuat-buat, sikap munafik,
keegoisan, keakuan, keserakahan, kejahatan, nafsu, dan ambisi yang
berlebihan adalah bertentangan dengan kebenaran alam.
Menyaksikan
keindahan, keharmonisan, keseimbangan dan keselarasan serta efisiensi
alam yang sempurna, kita hanya dapat berdecak kagum akan kebesaran dan
keagungan Sang Pencipta, LAOMU Yang Maha Pengasih. Surya, rembulan dan
bintang yang gemerlap, samudera dan daratan yang luas, gunung yang
tinggi menjulang, sungai yang tak henti mengalir, langit yang biru, awan
yang putih, pohon yang rindang, rumput yang hijau, bunga yang indah
berwarna-warni dan harum semerbak, unggas yang terbang di angkasa, hewan
yang berlarian di hutan, ikan yang berenang di air, serta angin, hujan,
embun, pelangi, dan kilauan senja, adalah lukisan alam yang indah
menakjubkan, adalah manifestasi energi kehidupan alam yang paling nyata!
Sayang
sekali, karena arogansi, kesombongan, dan ketidaktahuan, manusia
menganggap diri sebagai penguasa dan penakluk alam, dan tidak pernah mau
menghargai kehidupan makhluk lain. Menganggap adalah haknya untuk
menguasai dan mengekploitasi kehidupan makhluk dan benda lain sekehendak
hatinya.
Bertolak
dari pandangan ‘Manusialah yang Termulia’ yang egoistik, manusia
merusak alam dengan semena-mena, bahkan menghambur-hamburkan sumber daya
alam tanpa rasa sayang sedikitpun. Namun, begitu manusia mencoba
menghancurkan alam, yang terjadi adalah manusia menghancurkan dirinya
sendiri!
Ketika
manusia menghambur-hamburkan sumber daya alam, yang terjadi adalah
manusia sedang menyia-nyiakan hidupnya sendiri. Adalah sebuah fakta yang
tak terpungkiri bahwa manusia adalah alam semesta itu sendiri. Manusia
adalah bagian dari kesatuan alam yang tak terpisahkan. Baik makhluk
unggas, yang merayap atau yang hidup dalam air adalah denyut nadi dan
nafas kehidupan alam yang paling nyata, dinamis dan hidup!
Gugusan
gunung yang asri, bumi yang hening-diam, rerumputan yang menghijau,
pepohonan yang rindang, langit biru yang luas tanpa batas, awan yang
indah dengan sejuta bentuk, telaga yang hening bagaikan cermin, dan
langit dengan bintang-bintang yang bergemerlapan, adalah keindahan alam
yang hening.
Sementara
burung yang beterbangan, ikan yang berenang ke sana ke mari, hewan yang
berlarian dalam keriangan, dan gemericik mata air, sungai yang mengalir
deras, samudera yang bergelora, serta berdesirnya angin, rintik-rintik
hujan, gemuruh guntur, kicauan burung, kokok ayam, dan nyanyian
serangga, adalah keindahan alam yang dinamis.
Alam
semesta, langit, bumi, makhluk dan benda tidak berbicara, dan
manusialah yang menjadi penyampai kata. Manusialah yang berkewajiban
menerjemahkan segala keindahan alam. Manusialah yang harus menjadi ‘juru
bicara’ alam semesta. Tetapi bukan berarti manusia menjadi juru alam
dalam segala-galanya. Manusia tidak berhak menentukan masa depan dan
nasib makhluk lain. Hidup-matinya semua makhluk tidak berada di tangan
manusia.
Manusia
harus hidup berdampingan dengan makhluk lain di bumi yang satu dan sama
ini. Manusia harus menyadari betapa ia dan makhluk lain berasal dari
satu akar yang sama, sehingga tidak semestinya saling membinasakan.
Sebagai
makhluk ciptaan-Nya yang berakal budi dan termulia, sudah semestinya
manusia memiliki rasa cinta dan belas kasih terhadap semua makhluk.
Dengan demikian barulah manusia pantas dihormati sebagai makhluk yang
berbudi dan termulia.
Janganlah
manusia menempatkan diri di atas segala-galanya, lalu dengan sekehendak
hati membunuh makhluk lain. Konsep pengagungan diri demikian adalah
sangat keliru dan tidak etis. Jangan lupa bahwa langit dan bumi bagaikan
kedua orang tua kita, sementara makhluk lain adalah saudara. Oleh sebab
itu mengasihi alam adalah sama dengan mengasihi kedua orangtua dan
saudara kita, bahkan adalah mengasihi kehidupan kita sendiri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar