Tidak ada satu pun yang tahu kapan dan bagaimana
kematian datang menjemput, yang pasti akan ada dua tempat yang telah disediakan
setelah kematian itu datang: surga dan neraka. Memasuki surga adalah dambaan
setiap insan, siapapun bisa memasukinya. Tidak membedakan kaya-miskin,
pejabat-rakyat, muda-tua, sehat-sakit, asal ia mau mengikuti anjuran Allah,
maka jalan ke surga selalu terbuka. Surga bukanlah tempat yang diberikan
cuma-cuma, tempat tersebut merupakan karunia dari bentuk kasih sayang Allah
setelah kita berusaha mengamalkan perintah-Nya.
Sayangnya tidak setiap kita tersadar bahwa amalan
kebaikan yang tampak pun rupanya berkadar tinggi di sisi Allah. Seperti amalan
ringan sehari-hari yang bisa jadi beberapa menganggapnya biasa-biasa saja.
Bukankah dunia ini adalah ladang pencarian amal? Tak memandang seberapa dan
amalan apa yang dilakukan, karena yang paling utama adalah keikhlasan, dan
tiada yang lebih berhak menilainya selain Allah semata.
Rasulullah Sallallahu alaihi
wasallam pernah bersabda: “Janganlah kamu meremehkan sedikit pun dari
amal kebaikan, meski hanya sekadar bertemu saudaramu dengan wajah yang
berseri-seri.” (Hadis riwayat Muslim).
Siapa sih yang tidak ingin
masuk surga? Kalau terlontar pertanyaan seperti itu dapat dipastikan semua
mukmin pasti menginginkannya. Di surga jelas tidak ada rasa sakit, tidak ada
kata-kata yang menjengkelkan, tidak ada percecokan dan peperangan yang membuat
sedih hati. Di surga hanya akan ada himpunan kebaikan, di mana para syuhada dan
perindu nabi bercengkrama bersama. Luar biasa indah bukan?
Sebagai seorang muslim yang mengharap dapat
kembali di tempat terbaik tersebut, kita tentu akan berupaya untuk meraihnya.
Beberapa upaya yang dapat mengantar kita ke dalam surga Allah adalah dengan
menghidupkan amalan-amalan ringan yang tinggi nilainya di hadapan-Nya. Dalam
buku Amalan-Amalan Ringan Pembuka Pintu Surga disebutkan beberapa
amalan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengatakan Kebaikan
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar.” (QS Al Ahzaab [32]: 70-71)
Ayat yang diawali dengan panggilan cinta “Yaa
ayyuhalladziina aamanu.. (Hai orang-orang yang beriman)” seperti di
atas menyampaikan inti pemahaman kepada kita bahwa al-qaul as-sadid atau
‘perkataan yang benar’ itu merupakan praktik nyata dari keimanan seseorang.
Perkataan yang senantiasa diperbaiki tersebab rasa takut pada Allah dan
berharap akan manisnya iman yang semakin terhujam di dalam hati manusia menjadi
salah satu amalan untuk membuka pintu surga, karenanya dalam ayat tersebut
orang-orang mukmin diajak untuk senantiasa memperbaiki perkataannya dengan
berkata yang baik (benar).
2. Memberi tangguh kepada orang lain
Maksud tangguh di sini adalah memberi keluangan
waktu sampai saudaranya yang berhutang sanggup membayar hutangnya atau si
pemberi pinjaman membebaskan hutang peminjam tersebab si peminjam memang tak
sanggup mengembalikan. Dalam selang waktu untuk menangguhkan hutang saudaranya
tersebut, maka Allah akan senantiasa mengalirkan pahala bagi si pemberi
pinjaman. Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam bersabda
yang maksudnya: ”Sesiapa yang memberi tangguh kepada orang yang tidak mampu
membayar hutangnya atau mengurangkan bayaran jumlah hutangnya, niscaya Allah
menaunginya di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada sebarang naungan
padanya selain daripada naungan Allah.”( HR. Riwayat Muslim dan Imam Ahmad)
3. Memasukkan kegembiraan dalam hati
seorang
Berikanlah kegembiraan atau kebahagiakan kepada
sesama muslim, karena Allah tidak ridha memberikan balasan untuknya
kecuali surga. Masyaa Allah.. Siapa yang tidak bahagia
apabila mengetahui dirinya akan mendapat balasan surga? Membahagiakan
saudara ke sesama muslim bukanlah hal yang berat, kita dapat menghulurkan
sedekah yang paling mudah dan murah, tetapi sangat besar nilainya ketika
berjumpa: sekuntum senyuman manis. Tiada yang lebih manis dari senyum yang
mengharap Ridha Illahi. Selain itu Bagi sesiapa yang berkemampuan lebih dalam
hal materi tentu memberikan bantuan berupa materi akan jauh lebih berarti bagi
saudaranya yang membutuhkannya.
Dalam sebuah Hadist Riwayat At-Tabrani
disampaikan: “Sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah selepas
amalan-amalan yang fardhu ialah menggembirakan seorang muslim, engkau berikan
pakaian untuk menutup auratnya, atau engkau mengenyangkannya ketika dia
kelaparan, atau engkau tunaikan hajatnya.”
Bentuk selanjutnya adalah dengan menghubungkan
saudaranya kepada seorang penguasa sehingga hajatnya terpenuhi, memberi ucapan
selamat kepada saudaranya yang tengah berbahagia serta memperlihatkan
perhatian kepada sesama muslim dengan meminta saran dan doanya. Sederet
amalan tadi nampaknya memang tak begitu berat, akan tetapi tetap saja
membutuhkan perjuangan. Bila salah satu di antaranya dapat kita kerjakan Insyaa
Allah akan menjadi amalan yang tinggi di hadapan Allah Subhanahu
wata’ala.
4. Berterima kasih kepada orang lain
Berterima kasih kepada orang lain adalah perangai
yang terpuji, bentuk ucapan tersebut bukan semata ucapan yang keluar dari lisan
saja. Sempurnanya ketika kita membalas kebaikan mereka dengan memberikan
sesuatu yang sebanding atau lebih baik, namun bila tidak mampu cukuplah terus
menerus mendoakannya hingga kita telah merasa yakin bahwa kita telah membalas
kebaikan saudara sesama muslim.
Selain itu anjuran agama juga menyampaikan untuk
memberikan pujian kebaikan kepada saudara kita yang telah berbuat baik, salah
satunya dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan menceritakannya kepada orang
lain. Hal ini memang membutuhkan sebuah pengontrolan diri, sehingga niat
senantiasa diluruskan dan si pemberi tidak terjerumus dalam riya. Mungkin ada
benarnya anjuran ini: pujilah secukupnya dan jadikan motivasi bagi kita untuk
ikut terus berbuat kebaikan seperti mereka.
Dalam QS. Al-Qasas : 25, Allah Subhanahu
wa ta’ala berfirman yang artinya: “Kemudian
datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu,
ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan
terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” Maka tatkala Musa
mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai
dirinya), Syu’aib berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari
orang-orang yang zalim itu.” (QS. 28 : 25)
Selain itu apabila kita sudah menerima pemberian
dari saudara kita, usahakan agar jangan mengajukan pertanyaan-pertanyaan aneh
yang dapat menyinggung si pemberi. Tidak meremehkan atau menghina pemberiannya,
terlebih mengeluarkan kata-kata yang memaksa si pemberi agar harus mengeluarkan
tambahan pemberian kepada kita.
5. Memberi maaf kepada yang bersalah
Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam mengajarkan
kepada kita untuk senantiasa bersifat pemaaf. Ketika beliau melewati berjalan
dan diganggu oleh seseorang yang tidak menyukainya, beliau selalu memaafkan.
Sampai akhirnya ketika orang yang suka mengganggu itu sakit maka Rasulullah
adalah orang pertama yang datang menjenguknya. Dalam sebuah potongan sejarah,
beliau juga pernah mendapat perlakuan yang buruk dari masyarakat Thaif,
sampai-sampai malaikat datang dan menanyakan apakah perlu masyarakat yang
berlaku buruk tersebut dihukum, Nabi meminta untuk memaafkan mereka karena
mungkin mereka belum tahu. Masyaa Allah, begitu luar biasa
perangai Sang Rasul Allah. Allahumma sholli ‘ala sayyidina muhammad wa ‘ala
aali sayyidina muhammad.
Memberi maaf memang bukan hal yang mudah bila
dikaitkan sampai pada keikhlasan, meski begitu kebiasaan ini patutlah kita
biasakan, karena perihal keikhlasan hanya Allah saja yang berhak menilai.
Memberi maaf juga bukan menunjukkan seseorang itu lemah atau tidak mampu
membalas. Suka memaafkan justru menunjukkan sifat kemuliaan seseorang karena ia
bercermin langsung dari sifat Allah yang Maha Pemaaf dan Maha Pengampun, karena
seberapa besar pun kesalahan yang pernah dilakukan hamba-Nya, Allah senantiasa
membukakan pintu maaf yang lebar bagi kita. Bila dikaji lebih dalam, sikap ini
menunjukkan seseorang telah berhasil memilih jalan yang dekat dengan keridhaan
Allah, meski boleh jadi mereka bisa menuntut balas atas kesalahan orang
kepadanya.
Sebagai seorang muslim yang senantiasa berharap
surga-Nya, semoga kita mampu mengamalkan beberapa amalan di atas, sehingga saat
kematian datang menjemput, kita pantas meraih kasih sayang Allah Azza wa jalla
berupa surga yang dirindu setiap umat manusia.
Allahu a’lam bisshawab.
Astaghfirullahal ‘adzim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar